Kamis, 13 November 2008

1. Apakah Manusia itu?
 Ah… pertanyaan yang sulit karena mempertanyakan hakekat kita sebagai manusia. Setiap orang akan menjawab berbeda. Saya yakin Anda pun akan bingung menjawabnya. Jika ingin tahu jawabannya, tanyakan langsung pada Allah. Pada mulanya Allah menciptakan alam semesta. Pada hari keenam Allah menciptakan manusia. Manusia yang seperti apa yang diciptakan Allah pada awal mulanya?
Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya. Ya, Allah menciptakan manusia pertama itu secitra dengan Allah. Allah menghembuskan nafas hidup kepada manusia,sehingga manusia memiliki roh. Inilah yang membuat manusia menjadi ciptaan yang paling unik dan superior di dunia. Allah juga menugaskan manusia untuk memberi nama bagi semua binatang di dunia. Sayangnya manusia selalu cenderung berbuat dosa. Bahhkan keturunan pertama Adam telah melakukan pembunuhan. Banyak sekali kejahatan yang dilakukan oleh manusia generasi awal ini. Manusia juga memilki pola piker dimana itu bisa membedakan dengan ciptaan Allah yang lainnya. Manusia memilki pola pikir Mitologis, Theology, Scientific. Manusia juga sebagai makhluk monodulisme, selain sebagai makhluk social maupun individu. “Manusia adalah ukuran dari segala sesuatu,” kata seorang Shopis Protagoras
2. Mengapa pada jaman dahulu pertanyaan-pertanyaan selalu dijawab dengan mitos?
 Mitos atau mite(myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Pada masa itu semua pertanyaan manusia yang diajukan oleh manusia dijawab bebagai agama. Penjelasan-penjelasan agama ini disampaikan dari generasi ke generasi dalam bentuk mitos.
Mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, terjadinya manusia pertama, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok. Mengenai mite terjadinya padi, dikenal adanya Dewi Sri yang dianggap sebagai dewi padi orang Jawa. Menurut versi Jawa Timur, Dewi Sri adalah putri raja Purwacarita. Ia mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Sadana. Pada suatu hari selagi tidur, Sri dan Sadana disihir oleh ibu tirinya dan Sadana diubah menjadi seekor burung layang-layang sedangkan Sri diubah menjadi ular sawah. Adat istiadat di daerah kita pun sering melarang anak gadis untuk tidak duduk dekat pintu, mitosnya adalah suatu hari nanti sang gadis susah dapat jodoh. Padahal maksud sebenarnya dari mitos itu, agar tidak mengahali jalan masuk-keluar.

3. Mengapa Plato yakin bahwa jiwa telah ada sebelum mendiami tubuh? Apa yang mendasari Plato mengungkapkan pendapat tersebut?
 Karena (ia [jiwa] berada di atas rak [dunia ide] bersama seluruh cetakan kue [tubuh/jasad] ). Tapi begitu jiwa bangkit dalam tubuh manusia, ia telah melupakan semua ide-ide yang sempurna. Lalu suatu proses besar dimulai, ketika manusia menemukan berbagai bentuk di dunia alamiah ini, suatu ingatan yang samar-samar mengerakkan jiwanya. Seperti dia melihat melihat ikan—tapi seekor ikan yang tidak sempurna (ikan yang terbuat dari tepumg terigu). Penglihatan seperti itu pernah dilihat jiwa di dunia ide, dan itu adalah “ikan” yang sempurna. Hal ini menggerakkan jiwa dengan suatu kerinduan (eros—yang berarti cinta) untuk kembali ke tempatnya yang sejati. Maka jiwa mengalami kerinduan untuk kembali pada asal-usulnya yang sejati. Sejak itu tubuh dan seluruh dunia indra dianggap tidak sempurna dan tidak penting. Jiwa rindu untuk terbang pulang ke dunia ide, dan tebebas dari belenggu tubuh. Namun kita juga memilki jiwa yang abadi—dan jiwa inilah dunianya akal, jiwa dapat menyelidiki dunia ide
Plato mengungkapkan pendapat tersebut karena yakin pula akan dunia ide. Ada realitas di balik “dunia materi”. Dia menyebut realitas ini Dunia Ide, disana tersimpan “pola-pola” yang kekal dan abadi di balik berbagai fenomena yang kita temui di alam. Dikenal juga sebagai Teori Ide Plato.

4. Jelaskan hubungan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan menurut Helenisme!
 Sankretisme atau perpaduan keyakinan; rumusan-rumusan agama yang baru bermunculan sehingga dapat mengambil alih dewa-dewa dan keyakinan dari banyak negari lama. Masalah filsafat juga bergerak semakin dekat kea rah “keselamatan” dan ketenangan. Wawasan filsafat kini dianggap tidak hanya memiliki nilai tersendiri; ia juga harus membebaskan manusia dari pesimisme dan rasa takut akan kematian. Denagn demikian batasan antara agama dan filsafat lambat-laun hilang. Ilmu pengetahuan Helenistik juga terpengaruh oleh campuran pengetahuan dari berbagai kebudayaan. Kita pun sekarang menyaksikan bagaimana percampuran agama lama dan agama baru, berbagai filsafat, dan ilmu pengetahuan dapat menjadi dasar bagi produk-produk baru yang ditawarkan di pasar “pandangan hidup”. Sebagian besar dari “pengetahuan baru” ini sebenarnya merupakan sisa-sisa dari pemikiran lama, dan akarnya dari Helenisme.

5. kira-kira, apa yang mendasari Descartes yakin bahwa pengetahuan itu hanya dapat dicapai melalui akal? Jelaskan peta hubungan para filosof yang mempengaruhi pemikirannya?
 Pendapat Descartes bahwa pengetahuan hanya dapat dicapai melalui akal, selaras dengan filosof-filosof sebelumnya yaitu Parmenides, Socrates dan Plato; “hanya akal yang dapat memberi kita pengetahuan tertentu.” Mereka adalah Rasionalis. Descartes menyatakan bahwa kita tidak dapat menerima apapun sebagai sesuatu yang benar kecuali jika kita dapat dengan jelas dan tegas memahaminya. Untuk mencapai ini dibutuhkanupaya untuk memecahkan suatu masalah yang sulit jadi potongan-potongan kecil sebanyak mungkin, tentunya harus dengan menggunakan akal.
Peta hubungan para filosof di mulai dari pembangunan system di zaman Yunani kuno adalah Plato dan Aristoteles. Abad pertengahan mempunyai Thomas Aquinas, yang berusaha untuk membangun jembatan anatra filsafat Aristoteles dan teologi Kristen. Lalu datanglah zaman Renaisans, dengan campuran antara kepercayaan-kepercayaan lama da baru mengenal alam dan ilmu pengetahuan, Tuhan dan manusia. Baru setelahabad ketujuh belas para filosof berusaha untuk memasukkan gagasan-gagasan baru ke dalam system filsafat yang jernih, dan yang pertama mengusahakannya adalah Descartes. Perhatian utamanya adalah pada apa yang dapat kita ketahui, atau dengan kata lain, pengetahuan-pengetahuan tertentu.

6. Apakah Empirisme itu?
“Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita”.
 Di dataran Inggris mucul aliran empirisme yang menekankan pengalaman dan pengetahuan empiris ( indrawi) untuk menangkap pengetahuan. Tokoh-tokohnya antara lain Hume dan Locke. Bagi mereka, akal tidak melahirkan pengatahuan dari dirinya sendiri melainkan dari pengalaman. Menurut Locke, akal hanyalah secarik kertas tanpa tulisan yang menerima hal-hal dari pengalaman. Satu-satunya obyek pengetahuan adalah gagasan yang timbul karena pengalaman lahiriah dan pengalaman bathiniyah. Ada dua aspek utama teori empiris. Yang pertama adalah perbedaan antara yang mengetahui (subyek) dan yang diketahui (obyek). Yang kedua adalah bahwa pengujian kebenaran dari fakta atau obyek didasarkan pada pengalaman manusia. Pernyataan tentang ada atau tidak adanya sesuatu harus memenuhi persyaratan pengujian publik. Aspek lain adalah prinsip keteraturan. Pengetahuan tentang alam didasarkan pada persepsi mengenai cara yang teratur tentang tingkah laku sesuatu.
7. Jelaskan bagaimana Immanuel Kant menganggap “indra” dan ‘akal’ memainkan peranan yang sama dalam konsepsi manusia mengenal dunia?
 Dalam akal kita (manusia) juga terdapat factor-faktor pasti yang menentukan bagaimana kita memandang dunia di sekitar kita. Dengan kata lain ada kondisi-kondisi tertentu dalam pikiran manusia yang ikut menentukan konsepsi kita tentang dunia.
Seperti yang dicontohkan Alberto Knox; kalau kita memakai kacamata yang berlensa merah, maka semua yang kita lihat di sekitar kita menjadi merah. Warna-warna pucat menjadi merah jambu dan warna gelap menjadi merah tua. Padahal yang kita lihat persis sama seperti sebelumnya, kecuali bhawa semuanya berwarna merah. Mengapa? Karena kacamata itu membatasi cara kita memandang realitas. Segala sesuatu yang kita lihat adalah bagian dari dunia kita, tapi bagaimana kita melihatnya ditentukan oleh kacamata yang kita pakai.
Apapun yang kita lihat pertama-tama dan terutama akan dianggap sebagai fenomena dalam waktu dan ruang. Kant menyebut waktu dan ruang itu dua ‘bentuk intuisi’ kita. Dia juga menekankan bahwa kedua ‘bentuk’ ini dalam pikiran kita mendahului setiap pengalaman. Dengan kata lain, kita dapat mengetahui sebelum kita mengalami sesuatu bahwa kita menganggapnya sebagai fenomena dalam waktu dan ruang. Sebab kita tidak dapat melepaskan ‘kacamata’ akal.

8. Mengapa Marxisme dikatakan sebagai “hantu yang membayangi Eropa”?
 Pada masa hidup Marx ada yang namanya masyarakat borjuis atau kapitalis. Ada pertentangan terjadi antara pemodal dan para pekerja (proletar). Dan karena kelas borjuis tidak dengan sukarela melepaskan kekuasaan mereka, perubahan hanya dapat dilancarkan melalui revolusi. Marx bersama Engels pun mendirikan Communist Manifesto pada tahun 1848. dengan semboyan; Hantu sedang membayangi Eropa, Hatu Komunisme.
 Marx ingin menghapus struktur social (borjuis & proletar), dimana bangsa Eropa adalah masyarakat yang feodal, hanya menginginkan kekayaan semata.

BARAKATAK

PISEURIEUN!!

ulur ti lembur… baraya ti kota… kumaha damang?
Masih inget kana film atawa carita-carita si Kabayaan, nyi Iteung, Abah, Ambu jeung si Joni kemod? Wah, lamun teu salah mah cerita tentang si Kabayan CS teh, keur urang masih sakola SD keneh. Sanes kitu? Meuruen!!he.. Tapi jiga namah jaman kiwari gues euwueh deui carita si Kabayan teh. Meureun gues katinggang ku carita-carita modern. Geus ka ganti kunu lian, siga grup lawak SOS, Bajaj, Cagur jsb (jeung sa-jabana). Tapi cek dewek mah da sarua we tujuan na mah ngahibur keneh, ngan tema caritana we nu beda. Ayena mah modern, ari baheula mah si Kabayan loba boloon-na. Ku kitu na dewek didieu ek ngaguar duei lawak-lawak si Kabayan kuer baheula. Dewek inget kana kata-kata Doel Sumbang dina laguna, “si Kabayan urang sunda, urang sunda tong siga si Kabayan”. Bae waelah, da urang ngan saukur ngingetkeun, peh-na carita si Kabayan oge kaasup salah sahiji seni sunda. Ayena mah itung-itung urang balik deui ka jaman baheula, jaman tai kotok di leubuan –da ayena mah mun aya tai kotok teh langsung di pel- . Wilujeng maos we carita tentang si Kayaban:

KOMPOR
Bu Dokter: “Abdi mah tos gaduh kompor gas da.”
Bu Bidan: “Komo deui abdi mah gaduh kompor listrik.”
Torojol nyi Iteung tos diparios di Puskes.
Iteung: “”Komo deui abdi mah gaduh kompor asuro.”
Bu. Dokter: “Aduh hebat ari Iteung mah mani gaduh kompor asuro. Kumaha eta the nganggona, Teung?”
Iteung: “Gampil atuh, kantun ngasur-ngasur suluh ka jero.” (asuro)
Bu Bidan: “Ah ari Iteung mah aya-aya we. Hawu atuh et amah Teung!”
Iteung: “Pan asuro the basa gaulna tina hawu….”

TEU NINGALI
Harita Kabayan panasaran waktu manehna babaran. Kabeneran we aya ambuna. Si Kabayan langsung nanya:
“Bu, basa abdi dibabarkeun abah ningali teu?”
Ambu: “Nya ningalikeun atuh kasep! “(et amah saukur habubungah Kabayan we disebut kasep…). Pan abah nu namapanan oge!”
Kabayan: “Ari ambu?”
Ambu bari jeung rada keuheul ngawaleur.
“Tah, ari ambu mah harita teh nuju teu aya, nuju ka pasar.”
Kabyan olohok bari jeung teu ngarti.

TIPI (TV)
Kabayan: “Punten ambu sareng abah, abdi ka dieu the bade nambut tipi.”
Ambu: “Hueg atuh, bawa kadituh, atoheun geura si Itueng mah sabab aya lalajoeun. Da di imah maneh mah can boga tipi.”
Kabayan: ‘Da sanes kanggo lalajoeun, ambu.”
Abaha: “jang naon atuh make rek nginjeum tipi sagala?”
Kabayan: “Bade diical, bah. Kanggo mayar hutang!”
Abah: “Dasar minantu borokokok SIAHH!!!....”
CEK PARIBASA
Joni kemod: “Har, rek payu kumaha, dagang obat bulu ari nu dagangna bolenang herang kitu mah?”
Kabayan: “Ih na ari maneh. Yeuh pan ceuk paribasa oge panday mah tara boga bedog. Jeung nu dagang endog oge tara endogan.”

KUMIS UCING
Iteung: “Sujang, ku naon eta anal ucing eong-eongan wea?”
Anakna: “Ieu kumisna keur dicabutan ku Ujang.”
Iteung: “Har, nanaon atuh kawas euweuh gawe wae?”
Anakna: “Ih ari ema. Pan ceuk pa guru oge kumis ucing the kasiatna gede pisan keur obat kasakit kencing batu.”
Iteung: “Dasar anak si KABAYAN!!”

BUTA WARNA
Kabayan: “Bro, lalajo maen bal the rek di imah saha euy?”
Ibro: “Rek di imah si Rusdi wae ah, ngarah deukuet.”
Kabayan: “Urang di imah si Dodo we yu, nagrah televisina berwarna!”
Ibro: “Euwueh pangaruh rek hitam putih oge keur dewek mah”
Kabayan: “Naha?”
Ibro: “Pan dewek mah…buta warna!”

HAYANG
“Hayang teh halodo!” ceuk tukang es.
“Sidik kuring mah haying hujan!” ceuk tukang bajigur.
“Ari kuring mah, boh hujan boh halodo oge teu hayang. Hayang soteh dagangan we payu.” Ceuk tukang bubur bari ngaleos.

JEUNG MOTORNA
Caritana, harita si Kabayan kerek meuli motor.
Kabayan: “Lapor Pak!”
Pulisi: “Aya naon silaing?”
Kabayan: “abi kaicalan konci motor, pak!”
Pulisi: “Nyiuen duei we atuh duplikatna da gampang, teu kudu lapor ka dieu sagala!”
Kabayan: “Nya eta, icalna sareng motorna, pak!!!” KARAWIN
Abah: “Lain nya ambu, ngilikan barudak ayeuna mah karek cle nincak bangku SMP geus barobogohan.”
Ambu: “Nya ari abah, leuhueng et amah. Pan keur jaman urang mah kadang teu sakola-sakola acan geus karawin.”

SIROP
Kabayan: “Cik mang, pang-nyieunkeun sirop hiji tong digelasan!”
Tk Sirop: “Tong sok heuruey, Kbayan!”
Kabayan: “Yey ari si emang, na teu meunang kituh meuli sirop teu digelasan?” Kabayan rada sewot, da keur buru-buru.
Tk Sirop: “Nya kana naon atuh wadahna?”
Kabayan: “Har, na aya ku belet-belet teuing. Nya diplastikan we atuh!!”

LUAR BIASA
Harita Kabayan ek nyaba kadaerah pasisian. Maklum da teu boga gawe salian ti ulin.
Tk. Ojeg : “Ojeg Pa, ojeg.”
Kabayan : “Sabaraha ka Rancah?”
Tk. Ojeg : “Biasa we dua puluh rebu.”
Kabayan : “Uluh, lain biasa atuh et amah, tapi luar biasa.

ACAN
Abah: “Ari alus jeung teu alus sarua atawa henteu?”
Joni: “ Nya beda atuh Bah. Mlah sablikna.”
Abah: “Sabalikna kumaha?”
Joni: “Sabalikna tina alus teh nyaeta teu alus.”
Abah; “ari anggeus jeung teu anggeus?”
Joni: “lalawanan eta oge.”
Abah: “ Ari a can jeung teu acan?”
Joni: “ Nya…sarua et amah.”
Abah; “ unik nya, basa sunda mah!”

SASTRA

Pangajaran Sastra

Halo Lur… kumaha, damang? Mugia nya. Hayu lah urang cuang balik deui kana basa Sunda. Ngaguar elmu, da elmu mah lain jang dipohokeun tapi jang diemutkeun. Moal rugi ngaguar elmu mah. Mangga ah…
- - - NAHA BET SASTRA?
Sastra, ceuk sawatra ahli, salian ti boga fungsi hiburan, leuwihna bias mangaruhan tekenan emosi atawa kajiwaan. Kawangunna emosi atawa kajiwaan anu hade, punjul jeung saimbang, tangtu bakal rea pangaruhna pikeun nagwangun kualitas diri sakur manusia. Ku kituna, dina situasi kadunyaan jeung pajamaan kawas kumaha bae urang tangtu baris aya dina posisi anu basa ngungkulan jeung ngigelanana.
Dina sataun, di Singapura, siswa diprediksi maca buku sastra anu lobana saeutikna genep judul. . ari di Brunei diwajibkeun tujuh buku, Jepang 15 buku, Kanada 13, Amerika 32, Jerman 22, Swiss 15, Perancis 20 nepi ka 30 buku, jeung Belanda 30 buku. Dianatara nagara anu kasebut teh aya anu ngawajibkeun maca bukuna sababaraha balikan, saeutikna tilu balikan.
Eta kawajiban maca buku teh dibareungan ku kawajiban nyieun bahasan anu kudu dipresentasikeun di kelas. Nyieun tulisan anu mangrupa bahasan teh lian ti pikeun ngukur kagiatan macana, pangpangna ditujukeun pikeun ngabiasakeun (habit) siswa dina kagiatan nulis minangka ngedalkeun nulis bahasa sastra, dipiharep beh dituna jadi tatapakan pikeun nulis bahasan-bahasan lianna diluareun sastra, umpamana ngeunaan sains, sosiologi, jeung sejarah.
Kumaha di Indonesia?
Kabehdieunakeun. Pangajran sastra di sakola-sakola di Indonesia mangrupa pangajaran anu “terintregrasi” jeung pangajaran basa. Dina harti, basa jeung sastra teh dihijikeun dina mata pelajaran anu sarua, nya eta Mata Pelajaran Basa jeung Sastra, kalwan diajarkeun ku saurang guru anu kudu ngawasa dua materi kasebut. Hal sarupa kitu teh dilaksanakeun ti mimiti tingkat panghandapna (SD) nepi ka nu pangluhurna (paguruan luhur).
Dina kanyataanna mah, sistim kawas kitu rea kahengkeranana. Anu pang katarana mah lebah paniten guru anu leuwih museurkeun kana pangaweruh basa, ari pangaweruh sastra mah remen disapirakeun. Katambah, pangaweruh basa anu diajarkeun teh leuwih nyoko kana konsep tioritis batan konsep pamakean. Padahal ceuk dina kurikulum nage, pangajaran basa teh kudu napak dina rambu-rambu komunikatif.
Salahsahiji wujud komunikatifna basa teh bisa di embrehkeun dina wangun tulisan. Eta hasil sabenerna bisa dijadikeun dasar pikeun nyusun strategi pangajaran basa jeung sastra. Pangajaran struktur basa sabenerna teu kudu diajarkeun di unggaltingkatan sakola, cukup nepi ka tingkatan SMP bae. Mimiti tingkatan SMA ka luhur, pangajaran struktur basa geus dina kegiatan nulis. Noron kana dibiasakeuna nulis bahasan sastra di nagra-nagara anu kasebut di luhur, kagiatan nulis di SMA jeung Paguruan Luhur teh panpangna kudu dipuseurkeun heula kana widang sastra, kalawan apingan guru anu simultan jeung optimal.
Karya-karya sastra anu geus gelar kaitung geus euyeub pisan, kari para guru sastra anu kudu masing-masing jeung milihna. Tangtuna, para guru sastra, pangpangna lulusan sakola jurusan basa jeung sastra, geus dibekelan tioritina bae mah pikeun masing-masing milih karya sastra anu rek dijadikeun bahan ajarna teh. Cenah eta, sistim pangajaranana anu keukeuh kudu diintregrasikeun jeung pangajran basa, atuh paniten kana sastrana ulah nepi ka hengker deui, mun bisa mah nya kudu leuwih luhur batan anu enggeus-enggeus.
Wallohu’alam bishowab.**

RASISME

Montong Aya “Rasisme” Di Papada Urang

“Rasisme” teh ler hiji virus. Karasa tapi teu karampa. Tuluy-tumuyul tumuwuh ti jaman ka jaman. Manehna eunteup di saban tempat. Laju sumebar turta pageuh akar di unggal ranah. Cilakana, eta virus the kerep diapungkeun oge ku sawatara budayawan.
Ironis, nya? Nya di dinya paham rasis dumukna. Rengkak jeung paripolahna matak hookeun. Manehna teu masualkeun deui ajen-inajen elmu-pangaweuruh tapi teu ngagegedekeun “kasukuan”. Manehna teu ngajenan nain nu di bikeun, tapi masualkeun saha jinisna nu berehan teh. Manehna leuwih mentingkeun golongan mana kapentingan kabehan.
Numitkeun William A. Haviland mah “rasisme” the bias ditilik minangka pasukan social. “Rasisme” mangrupakeun doktrin superioritas sosial, nu nandeskeun superioritas kelompok nu hiji jeung kelompok lianna (Haviland, 1999;1991).
Mucunghulna “rasisme” the alatan ayana perbedaan kelas social. Ceuk Miles mah pangwangunan kelas the dumasar kana rasialisasi (Loomba,2003; 165). Ayana kelas-kelas social teh jadi marga-lantaran rupa-rupa pacagregan, kaasup konflik rasial. Konflik rasial timbul alatan dendam kalut permusuhan nu lila disidem (Haviland, 1999;1991). Haviland nandaskeun “rasisme” nyampak minangka kategori biologis jeung budaya.
Nyumender kana pamanggih William A. Haviland, keur kuring sakuringeun, rupa-rupa kasus rasial nu remen kaalaman di sakuliah dunya the salah sahijina alatan perbedaan kelas social nu dipageuhan ku pasualan biologis.
Enya, cara Luis Aragones, palatih sepak bola Spanyol, nu ngalelece Thiery Haenry (pamaen Perancis), cenah ge. Henry the budak hideung nu kaparigelanana teu leuwih hade manna anak buahna (Jose Antino Reyes). Samalah Samuel Eto’o (pamaen Barcelona) kun u cua kana prestasina, manehna teh mindeng disebut monyet. Di Italia ge teu bina kitu, pangpangna bobotoh Lazio, tong boroning kleub sejen, pamaen Lazio nu nyata-nyata kleub.
Kameumeutna ge ana aya pamaenna nu kabeneran kulitna hideung mah teu weleh dijejeleh.
Di afrika ge sarua. “Rasisme” the banget digugulung, nyatana poltik “apartheid” tea. Samalah, ceuk Harun Yahya mah muncunghulna zionisme the alatan “rasisme” oge. Ari urang kumaha?
Hih, kapan tadi geus disebutkeun “rasisme” teh sumebar turta pageuh akar di unggal ranah. Urangna we mereun nu teu minyadar. Naha ek mohokeun kitu we kana bancang pakeweuh taun 1998? Harita, re urang katurunana Tionghoa nu teu tuah dosa, lian dipaok bandana-jinisna ge digadabah (lalaki dipateni-awewe dirurujit). Ku saha eta teh? Nya ku bangsa urang-urang keneh. Ku kitu, naha teu kaambeu unsure rasial nu sakitu nampeuna tina eta kajadian?
Kapan bahasa babasan, paribasa, atawa kekecapan nu mindang ku urang dikedalkeun kayaning: jawa koek maling apu, datang poek teu diaku, Padang Bengkok, Batak Gedebul, Bule depok, urang kampung, Turunan teureuh, Somah-Cacah, undak-usuk jilna dihenteu-henteu ge kentel unsur rasisna teh.

SANES KITU??

Mungle

Senin, 27 Oktober 2008

http://opi.yahoo.com/online?u=YahooID&m=g&t=2

Times

About English


Wwoowww...item euny,jelas itu salah satu warna favorit a'qiu gitu loch. tapi kenapa ada lambang England ya?? of course, itu jurusan yang sedang a'qiu jalani di salah satu Universitas Negeri di kota kembang tea, naon deui ari lai bandung mah?! sanes qitu?
Upz.. pe lupa a'qiu tuch ngambil kuliah di jur. bhs & sastra Inggris (English Literature; gaul namah). a'qiu pilih English karena bahasa entu udah terkenal (ha... alasan anak ESDE). ga man, a'qiu tuch pilih English coz a'qiu ga bisa English, jadi we hayang bisa. sekeumit yang a'qiu tahu tentang sejarah bahasa Inggris:

Sejarah bahasa Inggris bermula dari lahirnya bahasa Inggris di pulau Britania kurang lebih 1.500 tahun yang lalu. Bahasa Inggris adalah sebuah bahasa Jermanik Barat yang berasal dari dialek-dialek Anglo-Frisia yang dibawa ke pulau Britania oleh para imigran Jermanik dari beberapa bagian barat laut daerah yang sekarang disebut Belanda dan Jerman. Pada awalnya, bahasa Inggris Kuna adalah sekelompok dialek yang mencerminkan asal-usul beragam kerajaan-kerajaan Anglo-Saxon di Inggris. Salah satu dialek ini, Saxon Barat akhirnya yang berdominasi. Lalu bahasa Inggris Kuna yang asli kemudian dipengaruhi oleh dua gelombang invasi.

Gelombang invasi pertama adalah invasi para penutur bahasa dari cabang Skandinavia keluarga bahasa Jerman. Mereka menaklukkan dan menghuni beberapa bagian Britania pada abad ke-8 dan ke-9.

Lalu gelombang invasi kedua ini ialah suku Norman pada abad ke-11 yang bertuturkan sebuah dialek bahasa Perancis. Kedua invasi ini mengakibatkan bahasa Inggris "bercampur" sampai kadar tertentu (meskipun tidak pernah menjadi sebuah bahasa campuran secara harafiah).

Hidup bersama dengan anggota sukubangsa Skandinavia akhirnya menciptakan simplifikasi tatabahasa dan pengkayaan inti Anglo-Inggris dari bahasa Inggris.